selamat datang

Minggu, 18 April 2010

Siang Hari di Taman Villa Isola


Villa Isola atau Bumi Siliwangi
Jl. Setiabudhi No. 229 Bandung

Saya ingat kapan pertama kali menginjakan kaki di gedung paling antik yang ada di kawasan UPI  (Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung. Saat itu pertengahan Agustus 2001, saya baru saja tercatat sebagai mahasiswa baru Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung. Saya beruntung bisa memasuki gedung itu karena sebelumnya saya penasaran sekali ingin masuk ke sana. Kebetulan saat itu mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia dan Jurusan Kimia mendapatkan materi Stadium General di sana. Entah mengapa saya merasa spesial, mungkin karena kawan-kawan saya di jurusan lain mendapatkan materi Stadium General di ruang perkuliahan biasa sedangkan jurusan saya mendapat tempat di salah satu gedung antik yang sekarang ditempati oleh rektorat UPI untuk bertugas sehari-hari.


Gedung Isola tampak belakang bagian kiri dan kanan

Rasa penasaran saya tersalurkan  ketika memasuki gedung itu. Ingin rasanya berkeliling gedung, memasuki setiap ruangannya satu per satu. Sepertinya itu lebih menarik bagi saya ketimbang mendengarkan materi Stadium General yang disampaikan dekan, dosen, dan kakak-kakak dari unit kegiatan mahasiswa. Haha sayangnya saya hanya bisa mencuri-curi kesempatan keluar dari ruangan Stadium General untuk mencari toilet saja. Saya sempat mencuri-curi pandang sedikit, terlihat ada sebuah ruangan yang mungkin dulunya kamar tidur dan ada juga tangga melingkar. Ingin rasanya naik ke tangga itu. Sayangnya saya tidak mungkin bisa melakukannya saat itu karena saya sedang menjalani Stadium General. Selain itu gedung itu tidak sebebas dan seumum gedung lainnya yang ada di kawasan kampus UPI.

Gedung Partere, nama itu yang pertama kali saya dengar untuk gedung antik yang berdiri anggun dan cantik di kawasan UPI yang padat itu. Selanjutnya saya mengenal nama lain dari gedung itu, yaitu  Bumi Siliwangi, Villa Isola, dan Villa Berretty. Saya lebih senang menyebut gedung itu dengan nama Gedung Isola. Dahulu di salah satu bagian luar gedung itu memang tertuliskan "ISOLA" yang menjadi identitasnya.

Seingat saya, tahun 2001 di bagian belakang sebelah kanan gedung itu ada taman botani milik Jurusan Pendidikan Biologi. Saat tahun 2010 saya kembali ke sana, taman botani dan teater terbuka yang ada di sekitarya sudah tidak nampak lagi. Saya hanya bisa melihat kawasan itu sedang dalam proses pembangunan Isola Heritage. Memang sengaja di buat lansekap baru untuk lebih menonjolkan keindahan Gedung Isola dari pintu masuk  utama -khusus mobil- UPI yang baru, yaitu pintu masuk bawah yang berdekatan dengan Mesjid Al Furqon. Pintu masuk UPI terdahulu yang dekat dengan Ledeng dan BNI sekarang menjadi pintu masuk khusus motor.

Saya dan Villa Isola hihiy :p *narsis*
Pembangunan Isola Heritage direncanakan selama dua tahun mulai tahun 2009. Jika sesuai rencana maka pembangunan ini akan selesai tahun 2011. Direncanakan kawasan Isola Heritage akan menjadi public area, edu tourism, dan paru-paru kota. Kawasan ini kelak akan menggabungkan konsep botanical garden sebagai paru paru kota sekaligus sebagai area penelitian di bidang MIPA (tapi  anehnya kok sekarang taman botani-nya udah ga ada ya.. :-?). Proses revitalisasi Gedung Isola diantaranya dengan pemugaran taman dan kolam serta penambahan monumen pendidikan dan gedung informasi di sekitarnya. Sayang.. saya tidak mendapatkan foto maket Isola Heritage untuk ditampilkan di sini.

Sudah dua kali dalam bulan April 2010 saya mengunjungi Taman Isola yang berada di sebelah utara gedung sehabis makan siang. Entah apa yang membawa kaki saya menuju ke sana. Mungkin karena di sana saya menemukan suasana tenang sambil membiarkan rambut saya teracak-acak oleh segarnya angin Bandung Utara. Sementara di luar sana teriknya matahari yang menyinari Kota Bandung mulai membuat orang-orang menyalakan AC, kipas angin, atau mengipas-ngipaskan sesuatu untuk mengurangi rasa panas, saya masih bisa duduk tenang di kursi beton yang tepat berada di bawah pohon beringin sambil menulis sesuatu di note book pink kesayangan saya. Haha sungguh saya sangat menikmati suasana Taman Isola sehabis makan siang.

Taman utara (depan) Villa Isola yang teduh

Tepat di hadapan saya ada kolam kecil yang di tengahnya ada patung air mancur (sejak tahun 2001 sampai 2010 saya belum pernah melihat sekali pun air mancurnya menyala). Di sekitar kolam kecil itu ada  enam kursi beton yang terisi semua, salah satunya adalah kursi yang saya duduki siang itu. Di sebelah kanan saya ada kolam yang di salah satu sisinya ada beberapa kursi beton yang penuh oleh mahasiswa dan mahasiswi yang sedang bercengkrama. Di belakang saya tepat berdiri pohon beringin dengan nama latin Ficus benyamina L suku moraceae. Dan di belakang pohon itu lah Gedung Isola berdiri dengan cantik dan anggun.

Ini foto Taman Isola bagian utara (taman depan) pada tahun 1934. Sekarang di taman itu ada enam kursi beton yang saling berhadapan (3 pasang) yang dipisahkan oleh kolam kecil yang ditengahnya ada patung air mancur. Patung yang berada di tengah kolam kecil, tidak berubah bentuknya sampai sekarang. Tepat di antara tangga gedung dan kolam kecil, ditanam sebuah pohon beringin oleh Mr. Ali Sastroamijoyo pada tahun 1954. Kini pohon itu semakin rindang dan kursi beton yang ada di bawahnya menjadi tempat favorit saya saat mengunjungi Taman Isola.
Sumber: arsitekturkolonial.blogspot.com/

Patung di kolam kecil yang sekarang tanpa tangan
Saya amati kegiatan yang dilakukan pengunjung Taman Isola siang itu yang kebanyakan mahasiswa. Mereka asyik bercengkrama. Ada yang sedang bermain gitar dan bernyanyi, ada pula yang sedang resah menunggu seseorang atau sekedar duduk sambil menghabiskan jajanan lumpia basah lalu pergi lagi. Ada pula pengunjung non mahasiswa yang mengabadikan keindahan Gedung Isola. Tidak banyak pengunjung, memang selalu seperti itu, dengan demikian taman itu tetap nyaman karena tidak sesak oleh pengunjung.

Kolam taman utara

Siang itu hanya saya yang membuka note book di sana. Haha saya baru sadar sendiri setelah mengamati kegiatan orang-orang di sekitar saya. Pantas saja menarik perhatian. Sudah dua kali saya berada di Taman Isola di siang hari, dua kali pula saya dihampiri mahasiswa. Pertama, seorang mahasiswa tingkat dua dari Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan menghampiri saya. Dia meminta ijin untuk duduk di sebelah saya dan mengajak saya berkenalan. Terlihat anak itu grogi, dengan jujur dia mengakui bahwa dia melakukan itu karena sedang taruhan dengan temannya. Hitung-hitung uji mental katanya. Haha ada-ada saja, saya dijadikan objek taruhan mereka -taruhan tanpa uang-. Kedua, seorang mahasiswa meminta ijin untuk mengambil foto saya dengan kamera digitalnya. Katanya dia tidak bermaksud apa-apa, hanya mengabadikan suasana Gedung Isola untuk koleksi pribadinya. Tentu saja saya sedikit bertanya untuk menguji kesungguhan dia. Ada kesan sedikit menolak, tapi andaikan anak itu bersikukuh, pasti saya ijinkan dengan senang hati. Haha secara saya banci kamera =)). Tapi rupanya dia sudah patah arang, menyerah duluan.. sayang sekali, dik.

Pada kunjungan ke dua kalinya ke Taman Isola di bulan April 2010, saya berkeliling gedung mulai dari kolam selatan sampai taman utara sebelum duduk di kursi taman yang biasa saya tempati. Pandangan saya tak lepas dari gedung dan lansekapnya. Sayang, dinding gedung bagian timur mengelupas dan tidak diperbaiki. Cukup mengganggu keindahan Gedung Isola. Sepertinya hal ini akan jadi perhatian pengembang saat pembangunan Isola Heritage tahap berikutnya berlangsung.

Cerita Villa Isola menarik bagi saya. Sehingga saya mencari sumber data mengenai sejarah Villa Isola melalui mesin pencari Google. Saya menemukan satu blog yang menyajikan lengkap sejarah Villa Isola beserta foto-foto saat villa itu dibangun dan foto villa itu sekarang. Jika ingin mengakses sejarah villa itu lebih lengkap, berikut adalah linknya:
http://djawatempodoeloe.multiply.com/photos/album/31/Rahasia_Villa_Isola_Bandung_

Sejarah Villa Isola

Villa Isola dibangun pada bulan Oktober 1932 sampai bulan Maret 1933. Arsitek yang mendesain villa ini adalah C. P. Wolf Schoemaker, arsitek kenamaan di masa itu yang kelak menjadi profesor di Institut Teknologi Bandung yang dahulu bernama Technische Hooge School. Pembangunannya dilakukan oleh biro arsitek AIA dari Batavia. Pemilik villa itu adalah seorang konglomerat bernama Dominique Willem Berretty, seorang peranakan Jawa-Italia yang menetap di Indonesia.

Dominique Willem Berretty (1890-1934)
Zio Berretty kaya Tria Changcuter ya.. hihi :D

Berretty mendirikan agen pemberitaan ANETA (Algemeen Nieuws en Telegraaf Agentschaf) yang memonopoli pemberitaan mengenai Hindia Belanda pada tahun 30-an. Saat itu dunia sedang dilanda krisis global. Namun Berretty mampu mengeluarkan dana sebesar 500.000 Gulden atau dalam kurs rupiah sekarang sekitar 250 milyar untuk membangun Villa Isola. Diduga Berretty memdapatkan uang itu dari hasil kegiatan mata-mata terhadap pemerintahan Hindia Belanda yang dilakukannya untuk Jepang yang saat itu sangat ingin menjajah Indonesia.

Akibat kegiatan mata-mata itu, Berretty dianggap sebagai ancaman oleh pemerintah Hindia Belanda. Kematian Berretty dalam kecelakaan pesawat Uiver yang ditumpanginya dari Belanda menuju Indonesia diduga merupakan konspirasi pemerintahan Hindia Belanda yang saat itu dikepalai oleh Gubernur Jenderal Jonkheer Bonifacius Cornelis De Jonge. Kecelakaan pada tanggal 20 Desember 1934 itu terjadi di Siria, sehingga pesawat Uiver yang membawa tujuh penumpang termasuk Berretty dan kargo berisi paket natal tidak pernah sampai ke Indonesia. Orang yang dianggap berbahaya oleh De Jonge ini seolah-olah  mati dalam kecelakaan pesawat, padahal sebenarnya pesawat Uiver diserang menggunakan tembakan oleh pesawat angkatan perang milik Belanda. Nyawa enam orang yang tidak berdosa dikorbankan hanya untuk membunuh satu orang yang bernama Dominique Willem Berretty.

Bersamaan dengan keberadaan Berretty yang dianggap ancaman oleh pemerintah Hindia Belanda. Ada kisah kasih yang mengiringi cerita Berretty selama dalam masa penyepiannya di Villa Isola. Berretty menjalin kasih dengan salah satu putri De Jonge yang tentu saja hubungannya tidak direstui oleh De Jonge. Namun Berretty membawa kabur putri De Jonge dan menikahinya. Cerita ini juga menguatkan dugaan bahwa pembunuhan Berretty oleh De Jonge dilatarbelakangi oleh alasan politis dan intrik keluarga.

Menelaah tahun berdirinya Villa Isola dan tahun kematian Berretty, terlihat bahwa Berretty tidak lama menempati villa itu. Tujuan Berretty membangun villa itu adalah untuk menyepi di sisa hidupnya. Di bagian depan vila, saat membuka pintu terlihat tulisan "M'ISOLO E VIVO" di dinding bagian atas yang tepat sejajar dengan pintu masuk. Tulisan berbahasa Italia itu berarti 'saya mengasingkan diri dan bertahan hidup' merupakan jalan hidup yang dipilih Berretty untuk sisa hidupnya. Lokasi villa itu memang pas untuk menyepi karena terletak di dataran tinggi perbatasan Bandung-Lembang. Pada saat villa itu dibangun, di sekelilingnya masih berupa sawah.

Melalui foto jaman dulu saya bisa melihat bahwa pemerintah Hindia Belanda sudah merancang tata kota dengan baik. Sayangnya keadaan sekarang sungguh jauh berbeda dengan perencanaan tata kota saat itu. Bangunan yang penuh sesak di kawasan Ledeng menjadikan tata kota di kawasan itu acak-acakan.

Villa Isola dalam Foto Udara tahun 1934.
Inset: Villa Isola Tampak Depan.
Sumber: anisavitri.wordpress.com/2010/01...al-lagi/

Villa Isola Setelah Kematian Berretty

Setelah kematian Berretty, Villa Isola menjadi milik Hotel Savoy Homann. Kemudian saat penjajahan Jepang, villa itu sempat menjadi markas tentara. Setelah kemerdekaan Indonesia, villa itu direnovasi dan diberi nama Bumi Siliwangi. Renovasi dilakukan pada bagian paling atas villa yang digunakan Berretty untuk berjemur sambil menikmati keindahan Kota Bandung. Pada bagian itu dibangun ruangan besar tempat rapat seperti ruangan pertemuan pada umumnya. Sejak saat itu Villa Isola bertambah satu lantai, namun desain aslinya tidak berubah.

 Villa Isola tampak belakang bagian kanan

Pada tanggal 20 Oktober 1954 Perdana Menteri Indonesia saat itu, Mr. Ali Sastroamijoyo, memberikan gedung Bumi Siliwangi kepada PTPG (Perguruan Tinggi Pendidikan Guru) yang menjadi cikal bakal IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) dan sekarang bernama UPI (Universitas Pendidikan Indonesia). Mr. Ali Sastroamijoyo menanam pohon beringin di bagian depan gedung tepat di depan kolam taman utara (pohon beringin itu lah yang meneduhi saya saat duduk di kursi taman utara Villa Isola).  Disebelah pohon itu ada prasasti yang bertuliskan peresmian gedung Bumi Siliwangi sebagai gedung rektorat PTPG. Sejak saat peresmian itu, hari Rabu tanggal 20 Oktober diperingati sebagai Dies Natalis UPI. Pada bulan itu pula rutin diselenggarakan wisuda gelombang pertama untuk setiap tahun ajaran. Tidak seperti pada perguruan tinggi lainnya, UPI mengadakan wisuda bukan di hari Sabtu, melainkan hari Rabu. Mungkin untuk memperingati hari berdirinya UPI di masa silam.

Prasasti Peresmian Gedung PTPG oleh Mr. Ali Sastroamijoyo

Sekarang Villa Isola sedang didandani (tanpa merubah desain aslinya) agar aura kecantikannya dapat dilihat oleh masyarakat luas. Saya berharap Isola Heritage akan menonjolkan kembali pesona keindahan bangunan itu dengan menyediakan ruang publik yang lebih bermanfaat. Semoga dana sebesar 4-5 milyar rupiah yang dialokasikan untuk pembagunan Isola Heritage dimanfaatkan sebaik-baiknya. Ini soal tanggung jawab moral saja sebagai bangsa yang bermartabat untuk menghargai nilai sejarah dan melestarikannya.


-- Mari Kita Wujudkan Bandung Kota Wisata yang Bermartabat dan Berbudaya Luhur --