*Pengeeen punyaaa Lomooo*
Kamera ini booming beberapa tahun belakangan di kalangan anak muda di seluruh dunia. Kepopulerannya bahkan setara dengan kamera SLR dan kamera digital. Kabarnya di seluruh dunia kamera ini laris manis seperti kacang goreng, it's like a piece of hotcake selling fast. Wow.. saya baru tahu sekarang hehe *saya kemana aja siih?!*. Awalnya saya tidak terlalu tertarik pada si Lomo, karena sepengetahuan saya Lomo itu kamera film. Saya pikir lebih menarik kamera digital karena bisa menampilkan hasil jepretan di LCD dan menyimpan hasil foto dalam jumlah yang sangat banyak *secara saya banci kamera juga haha*. Oleh sebab itu saya menganggap film sebagai kekurangan Lomo sehingga saya tidak tertarik padanya.
Dalam hal ini pepatah tak kenal maka kenalan memang ada benarnya. Ceritanya saya melihat publish photo album berjudul "Enjoying Our Lomo" di home Facebook saya. 'Wah.. bagus juga nih foto, niat amat ya ngeditnya', begitu pikir saya saat itu. Karena penasaran saya bertanya tentang foto itu pada adik saya yang sedang belajar fotografi alias fotografer amatir yang sekedar jeprat jepret untuk suka suka. Dia bilang foto itu bukan editan melainkan bawaan kameranya yang sudah memiliki efek-efek tertentu sehingga hasilnya memang berefek tanpa perlu olah digital. Kebetulan foto yang saya lihat itu berefek fisheye, bulat-bulat begitu lah bentuknya. Adik saya bilang itu hasil jepretan kamera Lomo.. Haha saya jadi ingat dulu saya pernah dengar ada kamera film bermerk Lomo dan tidak tertarik untuk memilikinya. Adik saya lantas menjelaskan ini itu mengenai Lomo. Dia bilang lensa kamera lomo itu bla.. bla.. bla.. hehe saya kurang paham karena kurang menyimak. Hanya satu di pikiran saya, pengeeen punyaaa Lomooo.. Haha maka itulah jangan hanya lihat kekurangannya saja tapi kelebihannya harus dilihat juga. Makanya kalau tidak kenal, ya kenalan.. Ga ada ruginya kan..
Sejak saat itu saya berpikir sepertinya mengasyikan punya digital toy camera seperti Kamera Lomo. Katanya Lomo itu kamera film yang digital, makanya disebut digital toy camera. Hmm.. saya kurang paham katanya kamera film tapi kok digital ya? Setahu saya kamera ini memang harus diisi film dan dicuci cetak untuk mendapatkan gambar fotonya. Tidak seperti kamera digital yang memiliki memory card dan menampilkan hasil jepretannya di LCD yang terdapat di badan kameranya. Lalu digitalnya di sebelah mana ya? Hmm..
Saya memang belum pernah melihat asli bentuk Lomo, hanya melalui gambar dan foto yang dihasilkan saja. Dari situ saja sudah cukup membuat saya tertarik untuk bisa bermain-main dengan Lomo. Lebih tertarik lagi karena saya juga mendapat info kalau Lomo juga ada tipe underwater camera. Dasar penasaran, saya browsing Lomo di mesin Google. Hehe lumayan juga, walaupun tidak banyak info yang saya dapatkan namun cukup juga untuk menambah pengetahuan saya tentang Lomo.
Lomografi hadir di Austria sebagai merk dagang dari Lomographisce AG untuk produk yang berkaitan dengan fotografi. Nama Lomografi diambil dari nama pabrikan kamera Rusia bernama Lomo PLC yang memproduksi 35 mm Lomo LC-A Compact Automat camera yang diperkenalkan pada awal 1980-an. Tahun 1991 Lomografi menemukan Lomo LC-A yang mengahsilkan gambar yang unik, penuh warna, dan terkadang kabur. Sejak saat itu Lomografi menjalin kesepakatan dengan Lomo PLC untuk menjadi distributor eksklusif kamera Lomo di luar Rusia. Untuk info Lomografi lebih lanjut silakan buka Wikipedia :D di sana juga dijelaskan kenapa kamera Lomo disebut digital camera.
Tipe kamera Lomo yang dipasarkan sekarang adalah Lomo LC-A, Diana, Holga, Holga 35mm, Actionsampler, Frogeye, Pop-9, Oktomat, Fisheye, Fisheye2, Colorsplash, Colorsplash Flash, F-stop Bang, SuperSampler, Horison 202, Seagull TLR dan Smena 8M. Kisaran harganya antara Rp. 155. 000, 00 sampai Rp. 6. 500. 000, 00.
Di Indonesia komunitas Lomografi dikenal dengan nama Lomonesia. Berikut adalah link Lomonesia:
Nah, semakin ingin saja saya punya Lomo.. Walaupun belum tahu tipe apa yang saya butuhkan. Sepertinya perlu banyak diskusi dulu untuk menentukan pilihan sambil menabung untuk membeli mainan ini.. Hehe sekarang saya memilih Lomo dibanding kamera digital dan SLR.. Jadi terbalik yaaa.. Haha kenapa?! Karena kamera digital saya anggap 'biasa saja' hihiy dan kamera SLR saya anggap sulit mengoperasikan secara manual untuk mendapatkan hasil foto yang bagus.. Haha sebenarnya saya kurang sabar saja belajar memotret dengan kamera SLR dan sang gurunya pun (adik saya) sepertinya sudah malas mengajari saya.. Haha..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar